aku sekarang sedang berada diposisi dimana aku berada pada masa terlalu banyak pilihan dan harus memikirkan orang banyak. saat ini aku diberi amanah oleh keluarga kecilku di kampus. aku harus bisa mengerti isi kepala banyak orang, memahami apa maksud dari mereka dan mengurangi ego serta perasaanku kepada seseorang. di sini aku bisa belajar banyak, belajar bagaimana meng"iya"kan yang sulit di"iya"kan dan belajar berkata "tidak" untuk membuat semuanya menjadi benar.
masa ini, aku berusaha tersenyum dan tanpa beban saat banyak "tugas negara" yang harus dipikirkan. dilihat orang menjadi "sok sibuk" udah menjadi tanggungan. tertawa dan bersenang-senang saat kumpul bersama hanya seperti keadaan dimana memang harus memang begitu yang aku perlihatkan. berpikiran mereka lebih lelah dari aku, jadi aku tak boleh mengeluh. tapi dibalik itu semua, banyak keadaan dan perasaan yang ditutupi. bukan menjadi diriku sendiri.
yang diinginkan dimasa ini, aku bisa membawa diriku menjadi seseorang yang bijaksana, profesional dan terkadang malah orang yang bijaksana tidak selamanya jujur. orang bijaksana seolah-olah harus menjadi orang yang netral akan sebuah masalah, bukan memihak kepada yang benar ataupun yang salah. dan aku, seharusnya menjadi orang yang "cukup tau" bukan yang "sok tau" ketika ada masalah dalam setiap kubu. menjadi orang yang cukup tau enggak semudah itu, dimana-mana hanya akan dipandang sebelah mata karena dianggap bermuka dua. atau bahkan dianggap orang yang tidak bisa dipercaya dimata orang. dimasa ini aku sudah harus bisa membedakan mana yang harus aku bicarakan depan umum dan mana yang tidak. mengerti perasaan orang tanpa orang itu memperlihatkannya secara jelas.
tapi, kenyataan enggak seperti yang diinginkan dalam pikiran. aku hanya bisa menjadi aku yang enggak bisa menyembunyikan perasaan malas, capek, kecewa dan malah bosan. aku dituntut untuk terbuka dan jujur, tapi tidak ada satupun yang menerima kata jujur dan terbuka dari kita. dituntut untuk menjadi diri sendiri, tapi dengan syarat harus bijaksana dan profesional. selalu mengatakan semangat, dan aku hanya berbisik dalam hati "semangati saja dirimu sendiri".
sifat burukku malah semakin tumbuh dikeadaan ini, suka balas dendam sama apa yang orang lakukan. aku hanya berpikir "kita harus impas", apa yang kamu berikan, itu yang akan kembalikan, ketika kamu baik, aku bisa lebih baik, dan ketika kamu jahat, aku juga bisa lebih jahat. ketika kamu memanfaatkan kelemahanku yang enggak tegaan dan manutan, maka aku akan membuatmu menjadi orang paling buruk dimataku dan enggak akan percaya sama setiap kata-katamu.
buat mengatasi ini semua, kuncinya cuma satu, jangan pakai perasaan, tapi pakai otak agar tidak berujung kecewa.